Aktif Sejak 1999, Ifan Penentu Karir Seventeen Pasca Tsunami Banten
Pasca terjadinya bencana tsunami di Banten pada Sabtu (22/12/2018) lalu, Riefian Fajarsyah alias Ifan menjadi satu-satunya personil band Seventeen yang selamat dari musibah tersebut.
Bencana yang menimpa Seventeen ini bukan hanya memukul hati penggemar band tersebut namun juga menjadi berita duka bagi seluruh pemusik Indonesia. Seventeen bisa dikatakan merupakan salah satu band papan atas senior di Indonesia yang telah berkarya selama hampir dua dekade.
Aktif sejak tahun 1999, band ini awalnya diprakarsai oleh lima siswa SMA swasta di Yogyakarta, yaitu Yudhi, Angga, Zozo, Herman, dan Andi. Nama Seventeen sendiri diambil dari usia mereka yang saat itu masih tujuh belas tahun.
Pada tahun 2000, Seventeen mengalami penambahan personil, yaitu Doni sebagai vokalis. Sayangnya, pada tahun 2008, Doni bersama dengan Zozo dan Andi memutuskan untuk mengundurkan diri karena perbedaan prioritas. Pada tahun 2011, Andi kembali bergabung dalam grup band Seventeen.
Pada saat Doni keluar, Ifan pun bergabung sebagai vokalis yang kemudian memberikan perbedaan tersendiri bagi Seventeen. Band yang awalnya merupakan band dengan genre rock ini harus bisa menyesuaikan dengan adanya tantangan berupa Ifan yang karakter vokalnya adalah pop.
Seventeen pada awalnya berada di bawah naungan Universal Music Indonesia dengan dua album berkarakter rock.
Hingga bencana tsunami menerjang band Seventeen, band tersebut telah merilis karya sebanyak enam album yang berhasil menyajikan lagu-lagu hits di pasaran.
Saat ini, belum bisa dipastikan apa yang akan dilakukan manajemen Seventeen selanjutnya terkait musibah yang menimpa band tersebut. Dunia musik masih berduka dan masih berfokus pada pemulihan korban-korban tsunami yang selamat termasuk Ifan sang vokalis band Seventeen yang juga kehilangan istri tersayangnya, Dylan.
Pasca musibah tersebut, salah satu lagu Seventeen yang berjudul Kemarin ramai diputar oleh penggemar musik Indonesia karena liriknya yang sangat menyayat hati apabila mengingat kejadian yang telah menimpa band tersebut.
Pasha juga sempat menyarankan agar 22 Desember dijadikan Hari Duka Musik Indonesia. Ia mengatakan bahwa usulan tersebut bukanlah paksaan dan semata merupakan bentuk solidaritas sesama musisi Indonesia.