Kenapa Film Adaptasi Novel Selalu Ramai Penonton?
Bertepatan dengan perayaan Hari Valentine di tanggal 14 Februari 2018, film adaptasi novel laris berjudul “Antologi Rasa” ditayangkan secara serentak di seluruh bioskop Indonesia. Reaksi penonton mungkin memang menunjukkan pro dan kontra, namun tidak dapat dipungkiri bahwa film ini berpotensi untuk menjadi salah satu film terlaris di Indonesia.
Hal ini menimbulkan pertanyaan: Apakah film yang diadaptasi dari sebuah novel akan selalu laris manis di bioskop?
Sebenarnya, adaptasi literatur bukan sesuatu yang baru dalam sejarah perfilman. Sebagian besar film yang tayang di era early films datang dari cerita rakyat, novel, hingga berita kriminal koran kuning.
Berdasarkan penelitian random sampling dengan responden berjumlah 400 dari Tirto.id tentang “Mengapa Masyarakat Menonton Film Adaptasi Novel?”, ditemukan bahwa mayoritas alasan responden (71,8%) menonton film-film tersebut karena ingin tahu bagaimana cerita yang ada di novel tersebut divisualisasikan.
Melihat data tersebut, maka masuk akal jika film-film adaptasi novel di Indonesia kebanyakan selalu laris di bioskop, mengingat bahwa strategi produser film cenderung mengarah pada novel-novel yang telah laris di pasaran sebelumnya.
Banyak yang beranggapan bahwa mengadaptasi novel menjadi sebuah film berarti “membunuh imajinasi para pembaca” karena apa yang divisualisasikan oleh sang sutradara lewat film terkadang tidak sama dengan apa yang dibayangkan oleh mereka yang sudah terlebih dahulu membaca novelnya.
Tidak puas dengan sebuah film adaptasi novel yang disajikan? Hey, mungkin kamu bisa menjadi film maker selanjutnya!