Tragedi rusuhan yang terjadi di Stadium Kanjuruhan usai perlawanan bola sepak Liga Singo Edan di antara pasukan Arema FC dan Persebaya pada Sabtu lalu masih menyisakan banyak kisah.

Pada saat pihak Indonesia mengumumkan angka korban terkini menjadi 174 orang, para pemain Arema FC juga punya pengalaman ngeri berhadapan dengan tragedi yang tidak pernah mereka sangka.

Seperti mana ramai penonton yang menceritakan detik ngeri tersebut di media sosial, pemain striker Arema FC, Bissau Abel Camara memberitahu melihat mayat bergelimpangan di hadapannya.

“Setelah kami kalah, kami meminta maaf kepada fans. Mereka mulai menaiki pagar, kami lantas menuju ruang ganti."

"Dari situ kami mulai mendengar tembakan dan terjadinya kejadian tolak menolak. Ada orang-orang di dalam bilik persalinan yang terkena gas air mata dan meninggal tepat di depan kami.

“Ada tujuh atau lapan orang yang terbunuh di bilik persalinan," akui Camara pilu seperti dilaporkan CNNIndonesia.

Pemain import itu juga mengatakan dia menyedari peminat bukan setakat mahukan tiga mata dari perlawanan yang berlangsung dalam liga tersebut.

“Mereka kata ini adalah pertandingan hidup atau mati. Kita boleh kalah tetapi tidak di laga ini," ujar Camara.

Dia yang pertama kali debut dalam kelab tersebut dalam perlawanan itu juga menceritakan meski seluruh pasukan selamat, namun mereka harus meningga sekitar empat jam sebelum dapat meninggalkan stadium.

Meski begitu, mereka tetap berduka setelah melihat ada banyak kesan darah dan kerosakan yang terjadi.

"Saat kami pergi, ketika situasi lebih tenang, ada darah, sepatu, baju di semua bahagian stadium. Ada kenderaan yang terbakar,” katanya sedih.

Arema FC yang menjadi tuah rumah dalam perlawanan tersebut kalah 2-3 dari Persebaya.

Kekalahan itulah yang memicu kemarahan peminat kelab tersebut yang digelar Aremania dan ada yang masuk ke dalam kawasan padang untuk bertemu para pemain dan jurulatih sebelum tercetus tragedi menyayat hati tersebut.

Foto: AP